SUARA JABAR SATU.COM | – Deputi Bidang Reformasi Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan Kementerian Pendayagunaan Paratur Negara Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB), Muhammad Yusuf Ateh mengungkapkan cara menilai ukuran kinerja pegawai.
“Gampang untuk menetapkan ukuran kinerja kita yaitu melalui pertanyaan ‘untuk apa aku ada’ itulah value ibu dan bapak,” ungkap Ateh dalam Kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja atau E-Lapkin, di Hotel Gran Melia, Jakarta, Jumat (25/5/2018).
Ateh mengatakan, saat ini ukuran kinerja pegawai semakin mengarah pada performace base, artinya semakin baik kinerjanya maka indikator tunjangan akan mengikuti.
“Nanti semua dari kita akan punya ukuran kinerja, apa peran saya, saya punya nilai enggak, mesti ada nilai kalau tidak ada kita pasti ada yang merasa kehilangan,” ucapnya.
Sedikit bercerita, Ateh mengatakan ukuran kinerja itu dapat dilihat dari jenis-jenis pegawai yang ada di lingkungan lembaga.”Kalau di tempat saya saya ada beberapa jenis pegawai, pertama pegawai wajib, artinya kalau ada dia ada manfaatnya, selalu dicari. Kedua pegawai sunnah, artinya kalau ada dia ada manfaatnya kalo enggak ada ya enggak apa,” ujar Ateh sembari berkelakar
Kemudian, sambung Ateh, ada jenis pegawai haram artinya jika ada pegawai itu maka bisa terjadi kekacauan dimana kinerjanya tak sesuai dengan permintaan yang bersangkutan.
“Nah, nanti bapak/ibu harus semuanya jadi pegawai wajib, semua orang punya ukuran, punya nilai, kalau tidak punya ya malu sama tetangga. Jadi jangan sedih diajak lembur terus sama pimpinan, justru harus gembira,” pungkasnya.//PUT
Comment