by

Peringatan Hari Petani Tembakau se-dunia, Tembakau Sebagai Warisan Dunia

SUARAJABARSATU.COM | BANDUNG – Lebih dari 40 juta petani dan pekerja di seluruh dunia menggantungkan hidupnya pada tembakau. Akan tetapi, terjadi tren penurunan drastis atas permintaan hasil tembakau di berbagai belahan dunia sejak tahun 2009. Hal ini diperkirakan terjadi atas konsekuensi dari ketatnya peraturan yang diberlakukan terhadap produk hasil tembakau dan berdampak terhadap kualitas hidup para petani tembakau.

Tekanan terhadap pertanian tembakau juga disebabkan oleh Kerangka Konvensi Pengendalian Tembakau/Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yang menyatakan bahwa tanaman tembakau seharusnya digantikan dengan tanaman lain. Terkait permasalahan tersebut, sekarang saatnya untuk mempersiapkan pasar baru untuk terus memastikan kesejahteraan petani tembakau, khususnya di Indonesia.

Asosiasi Petani Tembakau Internasional/International Tobacco Growers Association (ITGA), bersama afiliasinya yaitu Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) & Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) berada di garis depan untuk membela hak-hak petani tembakau di seluruh dunia, terutama bagi negara yang menggantungkan harapan besar pada tembakau seperti Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut, ITGA bersama AMTI & APTI menyelenggarakan World Tobacco Growers Day 2019/ Peringatan Hari Petani Tembakau se-Dunia 2019, yang dihadiri 1.000 perwakilan petani tembakau dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung pada di Gedung Budaya Sabilulungan Kab. Bandung.

Sambutan disampaikan Ketua Umum Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Soeseno mengatakan, World Tobacco Growers Day (WTGD)/Peringatan Hari Petani Tembakau se-Dunia merupakan sebuah prakarsa yang digagas ITGA sebagai upaya mempromosikan secara global berbagai peranan petani tembakau di 22 negara penghasil tembakau.

Terhitung sejak tahun 2012, berbagai Asosiasi Petani Tembakau di seluruh dunia merayakan WTGD. Tahun ini, peringatan hari tembakau dunia nasional dipusatkan di Jawa Barat, yakni di Soreang, Kabupaten Bandung.

“Kami bangga akan para petani tembakau, mereka telah bekerja sepenuh hati demi kelangsungan hidup dan kesejahteraan dengan tetap menjaga lingkungan serta merawat masyarakat sekitar. Petani tembakau menerapkan praktik kerja yang baik serta menjalankan berbagai prakarsa sosial dan lingkungan untuk secara konsisten meningkatkan mutu hidup keluarga mereka serta masyarakat secara umum. Selama ratusan tahun, petani tembakau juga merupakan bagian penting dari sistem ekonomi masyarakat. Tembakau adalah warisan kita,” kata Soeseno.

Khusus mengenai Jawa Barat, Soeseno mengatakan tanah priangan ini memiliki potensi tembakau yang luar biasa besar. Tembakau Jawa Barat dijual ke pasar tembakau di Sumedang untuk dikirim ke Payakumbuh, Sumatera, lalu ke Malaysia. Artinya, tembakau Jawa Barat berkualitas ekspor.

Menurutnya, lewat peringatan hari tembakau sedunia ini pihaknya ingin menunjukkan kerja keras dan kreasi petani tembakau Jawa Barat. Petani tembakau Jawa Barat dinilai berhasil menjalin kerja sama dengan Pemprov Jabar maupun Pemerintah Kabupaten Bandung. Hal ini dibuktikan dengan terselenggaranya acara peringatan hari tembakau ini.

Luasan perkebunan tembakau Jawa Barat berdasarkan area merupakan nomor 3 setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah. “Tapi tembakau Jabar khas, penghasil devisa,” kata Soeseno.

Kegiatan ini merupakan bentuk promosi tembakau. Produk-produk terbaik tembakau akan dilaporkan ke ITGA. Sehingga dunia bisa melihat produk tembakau yang ada di Jawa Barat, Indonesia. Ia yakin negara-negara di luar negeri akan senang melihat produk kreasi Jawa Barat.

“Lewat momen ini kita promosikan bahwa petani tembakau selama ini mandiri, mereka berkreasi dalam kesehariannya, hidup dari sistem pertanian tembakau. Di Indonesia hampir tiap provinsi ada tanaman tembakau, dari Aceh sampai Sulawesi Selatan,” katanya.

Menurutnya, kemandirian para petani tembakau perlu dikabarkan dan diungkap. Selama ini para petani tembakau kurang mendapat perhatian dari pemerintah yang cenderung setuju dengan gerakan anti tembakau.

Padahal, tembakau juga memberikan kontribusi tidak sedikit pada pendapatan negara. Tahun ini, kata Soeseno, cukai produk tembakau memberikan Rp170 triliun pada negara. ”Pada cukai tiap batang rokok mengalir keringat petani tembakau dan petani cengkih. Mereka berkontribusi kepada negara,” katanya.

Melalui acara tersebut, kata dia, para petani berunjuk gigi dan tetap bekerja keras. Mereka akan terus berproduksi, berkreasi dan berkontribusi. Walaupun mendapat tekanan berupa kebijakan pemerintah yang kurang memihak. Yang terbaru adalah kenaikan cukai 21,3 persen dan harga eceran naik 35 persen pada 2020.

Ia mengingatkan, kebijakan tersebut akan mengurangi serapan tembakau. Pabrik akan mengurangi konsumsi tembakaunya. Ujung-ujungnya, kebijakan tersebut akan merugikan petani tembakau karena serapan hasil panen mereka berkurang.

Saat ini pun, kata Soeseno, walaupun kebijakan kenaiakn cukau baru akan diterapkan 2020, namun dampaknya sudah terasa. Para pedagang besar mulai memainkan isu akan mengurangi pembelian produk tembakaunya. Mereka tidak akan membeli banyak-banyak, dan hal ini akan menimbulkan goncangan bagi petani.

Namun ia meminta para petani agar tidak khawatir dan turun semangat. Ia menuturkan, pihaknya sudah merasakan tekanan berupa kebijakan pemerintah sejak 2010. “Tapi kami yakin petani tembakau akan tetap solid dan itu untuk bangsa dan negara. Ingan, 170 triliun cukai,” katanya.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed