by

65 Guru Bahasa Jepang Ikuti Lokakarya Nihongo Partner

BANDUNG – SUARAJABARSATU.COM |  Sebanyak 65 Guru Bahasa Jepang di Jawa Barat mengikuti Lokakarya Refleksi Guru Bahasa Jepang dalam program Nihongo Partner tahun 2018-2019 di Hotel Novotel, Jalan Cihampelas nomor 23-25, Kota Bandung, Jumat, (1/3/2019). Kegiatan tersebut diinisiasi oleh Japan Foundation yang merupakan pencetus program Nihongo Partner. Kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan kompetensi guru bahasa Jepang serta menjadi ajang berbagi ilmu dengan para native speaker dari Negeri Sakura.

Guru-guru tersebut terdiri dari 36 sekolah yang menerapkan pembelajaran bahasa Jepang serta memfasilitasi program Nihongo Partner gelombang 10. Sekolah tersebut antara lain SMAN 5 Cimahi, SMKN 1 Cimahi, SMAN 2 Purwakarta, SMK ICB Cinta Wisata, SMK ICB Cinta Niaga, SMA Pasundan 2 Bandung, SMA BPI 1 Bandung, SMK Bina Warga Bandung, SMAN 18 Bandung, SMA Pasundan 9 Bandung, SMAN 1 Jatinangor, SMA Yadika Sumedang, SMAN 1 Lembang, SMAN 1 Baleendah, SMA Laboratorium UPI Bandung, SMAN 1 Margaasih, SMK Marhas Margahayu, SMAN 3 Purwakarta dan SMAN 1 Situraja.

Kemudian diikuti juga oleh SMA Taruna Bakti, SMK Pasundan 3 Bandung, SMKN 1 Karawang, SMKN 1 Mundu Cirebon, SMK Perbankan Indonesia Karawang, SMAN 1 Cimalaka, SMAN 1 Sumedang, SMAN 8 Bandung, SMA Advent Bandung, SMAN 1 Jatiluhur, SMAN 20 Bandung, SMAN Santa Angela, SMAN 1 Margahayu, SMKN 1 Katapang, SMAN 3 Cirebon, SMAN 1 Nagreg, dan SMAN 1 Campaka Purwakarta.

Program Nihongo Partner

Koordinator Program Nihongo Partner, Mamey Darmawan mengatakan, kegiatan tersebut merupakan rangkaian dari program Nihongo Partner, yakni kerja sama antara Direktorat Jendral Sekolah Menengah Atas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan Pemerintahan Jepang  melalui masuknya para native speaker (relawan yang berkompetensi) ke sekolah guna mengedukasi siswa mengenai pengetahuan seputar Negara Matahari Terbit tersebut.

“Ini adalah program pemerintah Jepang dalam rangka mempromosikan Jepang dalam menyambut Olimpiade tahun 2020, yakni mengirimkan para native speaker ke negara Asia, khususnya ASEAN guna memberikan edukasi seputar Jepang. Baik dari sisi pendidikan, kebudayaan maupun hal lainnya,” tuturnya.

Dalam prosesnya, Mamey mengatakan kegiatan tersebut membawa dampak positif kepada siswa dan guru di sekolah yang dapat melaksanakan program tersebut.

“Siswa jadi lebih tertarik karena belajar langsung bahasa jepang dari orang negara asalnya,” tambahnya.

Selain itu, pembelajaran yang terjadi tidak hanya satu arah. Memey menjelaskan, para native speaker pun mempelajari bahasa dan budaya Indonesia sehingga terjadi pembelajaran dua arah.

Sejak diluncurkan pada tahun 2014, total sudah ada 556 native speaker Jepang yang mengikuti program tersebut. Angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara Asean paling banyak yang dikirimi native speaker, disusul oleh Thailand (290) dan Vietnam (79). Program tersebut pun akan berakhir pada tahun 2020 mendatang./RD

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed